Bupati Jayapura Ingin Kembalikan Kejayaan Persidafon Dafonsoro

  • Whatsapp

SENTANI,KARABAS.ID – Selain Persipura Jayapura, Papua khususnya di Jayapura juga memiliki Persidafon Dafonsoro yang pernah sempat tembus Divisi Utama (Liga 1) di tahun 2011 hingga 2014 lalu.

Oleh karena itu, untuk mengembalikan kejayaan klub kebanggaan masyarakat Kabupaten Jayapura itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jayapura akan fokus pada pembinaan usia dini.

Demikian ditegaskan oleh Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw, SE, M.Si, saat ditanya wartawan usai ditemui di Aula Lantai II Kantor Bupati Jayapura, Gunung Merah, Sentani, Kabupaten Jayapura, Jumat (18/12/2020).

Lanjut Bupati Jayapura, klub yang sempat mewarnai kasta tertinggi sepakbola di Liga Super Indonesia dari 2011-2012, 2012-2013 dan 2013-2014 itu harus di huni oleb pemain-pemain lokal berkualitas, sehingga tidak lagi mendatangkan pemain dari luar Papua atau Kabupaten Jayapura, yang tidak menguntungkan bibit potensial Kabupaten Jayapura nantinya.

“Kalau untuk Persidafon, kita kasi perhatian ke amatir dulu atau pembinaan usia dini. Karena kita dari pendapatan asli daerah (PAD) baru 70 miliar rupiah, kita mau biayai seperti begitu tidak cukup,” kata Mathius Awoitauw dengan nada tegas.

Lebih lanjut Bupati Jayapura dua periode itu menepis anggapan publik bahwa, Kabupaten Jayapura memiliki stadion bertaraf Internasional, namun tidak memilik ikon atau klub kebanggaan masyarakat Khenambai Umbai sekelas Persipura Jayapura, dan menurutnya itu tidak menjadi soal.

“Hal itu tidak menjadi persoalan, itukan hanya satu bagian kecil saja. Saya mau beritahu, bahwa itu memang betul. Tetapi, kita harus siapkan mulai dari usia dini. Supaya yang menjadi pemain Persidafon itu orang Jayapura,” ujarnya.

Mathius Awoitauw mencotohkan, hampir seluruh pemain dari Tim berjuluk Gabus Sentani saat masih berjaya di kasta tertinggi sepakbola tanah air itu hampir 99 persen merupakan pemain yang dihuni adalah pemain-pemain dari luar dengan kontrak yang bervariasi, sehingga minim pemain lokal.

“Orang Jayapura hanya satu dua atau tiga pemain saja. Kita lihat dampaknya bahwa yang kita keluarkan uang itu kepada siapa, jadi untuk Persidafon seperti itu kita mungkin kasi perhatian ke usia dini,” tutur orang nomor satu di Kabupaten Jayapura tersebut.

Selain itu, Bupati Mathius juga menambahkan, Pemerintah Kabupaten Jayapura hanya akan fokus ke pembinaan usia dini, termasuk sekolah sepakbola yang sedang dijajaki sehingga tidak ikut rame dalam euphoria sesaat yang dampaknya panjang.

Sehingga dengan regulasi yang di tetapkan oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Nomor 1 Tahun 2011 bahwa klub profesional dilarang untuk menggunakan APBD, maka Pemerintah Kabupaten Jayapura resmi menghentikan pembiayaan klub Persidafon Dafonsoro.

“Harus ada usaha lain, karena profesionalkan harus pake uang sendiri dari bisnis, dari (pemasukan) karcis dan lain-lain. Ini kita lihat terlalu berat,” imbuhnya.

Untuk itu, dirinya berpesan bahwa tidak boleh terjebak dengan hal-hal substansial yang membuat kebanggaan.

“Tetapi kesejahteraan tidak diperhatikan, dikarenakan APBD hanya untuk pembiayaan pemain dari luar, sedangkan banyak potensi lokal yang belum terserap secara maksimal,” tandasnya.  (*/JeKa)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *