Minggu Besok, Tujuh Daerah di Sulut Gelar Pengucapan Syukur

  • Whatsapp
Suasana pasar tradisional. (foto:ist)

SULAWESI UTARA,KARABAS.ID – Aktifitas warga di sejumlah pasar tradisional dan supermarket yang ada di Kabupaten dan Kota di daerah nyiur melambai, Sabtu (25/09/2021) meningkat pesat. Selain membeli kebutuhan pangan sehari hari, ternyata banyak masyarakat yang berbelanja khusus untuk persiapan hari special pada Minggu (26/09/2021). Pasalnya, besok adalah hari pengucapan syukur bagi 7 daerah di Sulawesi Utara yaitu Kota Manado, Tomohon, Bitung serta Kabupaten Minahasa, Minahasa Selatan, Minahasa Tenggara dan Minahasa Utara.

“Persiapan for pengucapan syukur besok. Biar cuma nasi dan Sayur yang penting ada daging,” celoteh Steven R, warga Sario saat Shoping di pasar Pinasungkulan Karombasan.

Memang, pengucapan syukur tahun 2020 dan 2021 ini sangat berbeda dengan tahun sebelumnya, telah dibatasi dikarenakan pandemi Covid-19. Namun, moment pengucapan syukur kepada Tuhan yang maha kuasa ini sudah menjadi tradisi sejak jaman dulu.

“Biasanya kalau pengucapan syukur, banyak yang sewa tenda dan kursi. Namun, disaat pandemi, ekonomi menjadi lesu. Mudah-mudahan dengan turunnya PPKM, perekonomian bisa kembali normal, dan usaha tenda bisa berjalan,” ujar Hae Wuisan, pengusaha Tenda yang tinggal di Lotta Pineleng Minahasa.

Diketahui bersama, pada Senin (28/06/2021) lalu, Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) Olly Dondokambey didampingi Wakil Gubernur Steven O.E. Kandow bersama Forkopimda telah mengambil keputusan bersama terakit Pelaksanaan Pengucapan Syukur Tahun 2021 di Provinsi Sulawesi Utara.

Kegiatan yang diikuti oleh Bupati/Wakil Bupati dan Walikota/Wakil Walikota se-Sulut, dan Ketua FKUB Kabupaten/Kota se-Sulut ini telah menghasilkan keputusan bersama yakni hari Minggu tanggal 26 September.

Masyarakat diharapkan untuk menggelar pengucapan syukur di rumah masing-masing.

“Tanggal 26 September sudah ditetapkan sebagai hari ucapan syukur. Karena memang torang harus banyak bersyukur. Tapi bersyukur itu bukan dijalan, bukan dimana-mana, namun bersyukur pa torang pe rumah masing-masing,” imbau Olly.

Sementara itu, Kapolda Sulawesi Utara Irjen Pol Nana Sudjana menyambut baik gagasan Gubernur yang merencanakan Acara Pengucapan Syukur di Sulawesi Utara akan dilaksanakan secara serentak pada Minggu, 26 September 2021.

“Kami sangat setuju dengan rencana gubernur untuk pelaksanaan pengucapan syukur ini dilakukan secara bersamaan,” ujar Irjen Pol Nana Sudjana, di Mapolda Sulut, Jumat siang (24/9/2021).

Jenderal bintang dua ini juga mengingatkan, saat ini masih dalam suasana pandemi covid-19, walaupun sudah mulai terjadi penurunan level PPKM, namun tetap wajib mematuhi protokol kesehatan.

“Saya harapkan tetap menjaga protokol kesehatan, kurangi kegiatan yang menyebabkan terjdinya kerumunan di tengah masyarakat,” ujar Kapolda.

Ia juga minta kepada masyarakat agar melaksanakan pengucapan syukur di rumah atau tempat ibadah saja, dengan tidak menimbulkan suatu kerumunan, guna mencegah penyebaran covid-19. “Silahkan dilakukan tetapi tetap disiplin protokol kesehatan,” tandas Irjen Pol Nana Sudjana.

Dari berbagai sumber diketahui, Pengucapan syukur di Minahasa pada awalnya merupakan tradisi mengucap syukur kepada Tuhan yang telah memberikan rezeki dalam bentuk panen.

Tradisi ini sudah dilakukan oleh nenek moyang suku Minahasa sejak dahulu kala.

Pengucapan syukur mula-mula memiliki banyak ritual khas, seperti padi hasil panen pertama, dimasak dalam bambu dan dipersembahkan untuk Tuhan.

Sebagian lainnya menjadi persembahan bagi leluhur dan kemudian mengundang masyarakat dari kampung lain untuk makan.

Namun seiring waktu berlalu, terutama setelah agama Kristen masuk Minahasa, persembahan diarahkan ke gereja, tanpa mengubah makna dan esensi pengucapan syukur itu sendiri.

Dan pada akhirnya, di zaman yang sudah serba modern ini, makna dari pengucapan syukur sedikit dimodifikasi walaupun tidak ada perubahan dari segi esensi yakni mengucap syukur kepada Tuhan.

Pengucapan syukur saat ini masih tetap dilakukan oleh mereka yang tidak berprofesi sebagai petani sekalipun, pekerja kantoran misalnya.

Namun kali ini dengan makna yang sudah dimodifikasi tersebut yakni salah satunya sebagai ajang kumpul keluarga.

Semua yang bekerja di perkotaan, akan pulang kampung pada momen pengucapan syukur. Hal ini menjadi tradisi pulang kampung yang selalu dinantikan selain momen Natal. (*/RoKa)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *